by admin ·
April 1, 2011 Buletin Islam Al Ilmu Edisi No:17/IV/IX/1432
Para pembaca yang budiman, sesungguhnya tidur
menghabiskan sepertiga dari umur seseorang jika ia tidur dalam sehari semalam
delapan jam.
Jika dia mampu mengikuti tauladan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tidur, maka sesungguhnya waktu yang
panjang tersebut akan bernilai ibadah dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
memberikan balasan yang baik atas amalannya.
Seorang yang pandai adalah seorang yang mampu
menjadikan kebiasaannya bernilai ibadah.
Pada edisi kali ini akan dibahas tentang beberapa
tauladan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang adab ketika hendak
tidur.
1. Tidur di awal malam
Di antara tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tidur di awal malam, berdasarkan hadits
dari sahabat Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يَكْرَهُ
النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا.
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya (setelah
shalat Isya’).” (HR. Al–Bukhari dan Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, “Hal itu
karena tidur sebelum shalat Isya` akan menyebabkan ia tertidur sampai keluar
dari waktu shalat Isya`.
Sedangkan begadang setelah shalat Isya’ dapat
menyebabkan tertidur hingga tidak melaksanakan shalat Shubuh, terlambat dari
waktu shalat yang afdhal (utama), atau tidak bisa melaksanakan dari shalat
malam.” (Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)
Begadang di malam hari diperbolehkan jika ada maslahat
(kebaikan/manfaat)-nya. Al-Imam Al-Bukhari meletakkan sebuah bab dalam kitab
Shahih-nya dengan judul “Bab Begadang dalam rangka Menuntut Ilmu”.
Al-Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari
sahabat Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ رَسُولُ اللهِ يَسْمُرُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ فِي
اْلأَمْرِ مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ، وَأَنَا مَعَهُمَا
“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
begadang bersama Abu Bakar membicarakan urusan kaum muslimin, dan aku bersama
mereka.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
2. Melakukan shalat witir sebelum tidur.
Dianjurkan bagi orang yang khawatir tidak bisa
melaksanakan shalat witir sebelum subuh agar melaksanakanya sebelum tidur.
Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
أَوْصَانِي خَلِيلِي صلى الله عليه
وسلم بِثَلاثٍ: بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ
الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
“Kekasihku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
berwasiat kepadaku dengan tiga perkara: berpuasa tiga hari pada setiap bulan,
dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Muslim)
3. Mematikan api dan menutup pintu–pintu sebelum tidur
Perkara yang penting untuk diperhatikan ketika hendak
tidur adalah mematikan api yang ada di dalam rumah.
Hal ini berdasarkan sebuah hadits dari sahabat Jabir
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَطْفِئُوا المَصَابِيحَ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا
الأبْوَابَ وَأَوْكُوا الأسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ
“Matikanlah lentera-lentera jika kalian hendak tidur!
Tutuplah pintu-pintu, bejana-bejana, makanan dan minuman!” (Muttafaqun ‘alaih)
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لاَ تَتْرُكُوا النَّارَ فِي
بُيُوتِكُمْ حِينَ تَنَامُونَ
Janganlah kalian membiarkan api menyala di rumah-rumah
kalian ketika kalian tidur.” (HR. Al–Bukhari dan Muslim)
Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di
Madinah terdapat sebuah rumah yang terbakar di malam hari, kemudian disampaikan
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu, maka beliau
bersabda:
إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِيَ عَدُوٌّ لَكُمْ
فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ
“Sesungguhnya api ini adalah musuh kalian. Maka jika
kalian hendak tidur, matikanlah dia!” (HR. Al–Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Yahya bin Syarof An-Nawawi mengatakan, “Hal
ini berlaku secara umum termasuk api lentera dan yang selainnya. Adapun
lampu-lampu yang tergantung di masjid-masjid, jika dikhawatirkan terjadi
kebakaran disebabkannya, maka termasuk yang diperintahkan untuk dimatikan.
Jika dirasa aman darinya –dan ini adalah
kebanyakannya–, maka hal ini tidak apa-apa karena sebabnya sudah hilang.
Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
sebab dari perintah mematikan api, yaitu tikus-tikus itu dapat membakar
rumah-rumah dengannya.”
4. Mencuci tangan dari kotoran
Syariat yang mulia ini mengajarkan kepada kita agar
menjaga kebersihan, termasuk berkaitan dengan pembahasan kita tentang adab
tidur.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita
tidur sebelum mencuci kedua tangan yang kotor akibat makanan, sebagaimana
sabdanya:
مَنْ بَاتَ وَفِي يَدِهِ غَمَرٌ لَمْ يَغْسِلْهُ
فَأَصَابَهُ شَيْءٌ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
“Barangsiapa yang tidur dan di tanganya ada ghomar
yang tidak di basuh kemudian terjadi sesuatu yang tidak disukainya, maka
janganlah mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.” (HR. At–Tirmidzi, Abu
Daud, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Ghomar adalah kotoran dan bau tak sedap pada tangan
saat setelah makan.
5. Berwudhu’ sebelum tidur
Disunnahkan berwudhu’ bagi seorang muslim yang hendak
tidur. Tata caranya sama seperti tata cara wudhu’ sebelum shalat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al-Bara’ bin Azib
radhiyallahu ‘anhu:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ
لِلصَّلَاةِ
“Jika engkau hendak menuju ke tempat pembaringan, maka
berwudhu’lah sebagaimana engkau berwudhu’ untuk shalat.” (HR. Al–Bukhari dan
Muslim)
Jika kita hendak tidur dalam keadaan junub dan belum
berkesempatan untuk mandi janabah, maka cukup bagi kita dengan berwudhu’
sebelum tidur sebagaimana jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap pertanyaan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu: “Bolehkah salah
seorang di antara kami tidur ketika ia dalam keadaan junub?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Ya, jika salah seorang di antara kalian telah berwudhu’, maka ia boleh tidur
walaupun sedang junub.” (HR. Al–Bukhari dan Muslim)
6. Membersihkan (dengan cara mengibas/menebah) tempat
tidur sambil membaca basmalah
Di antara tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bagi seseorang yang hendak tidur adalah membersihkan (mengibas/menebah)
tempat tidurnya (dengan menggunakan kain atau yang selainnya) sambil membaca basmalah.
Hal ini berdasarkan hadits:
إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَأْخُذْ
دَاخِلَةَ إِزَارِهِ فَلْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ وَلْيُسَمِّ اللهَ…
“Jika salah
seorang dari kalian hendak berbaring di tempat tidurnya hendaklah dia mengambil
kainnya dan mengibas-ngibaskannya ke tempat tidurnya dengan membaca basmalah.”
(HR. Al–Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
7. Menutup aurat ketika tidur
Diantara perkara yang harus diperhatikan ketika hendak
tidur adalah menutup aurat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
لا يَسْتَلْقِيَنَّ أَحَدُكُمْ ثُمَّ يَضَعُ إِحْدَى
رِجْلَيْهِ عَلَى الأخْرَى
”Janganlah salah seorang di antara kalian tidur
telentang kemudian meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.” (HR.
Muslim, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma)
Para ulama mengatakan, “Hadits tentang larangan
mengangkat atau meletakkan salah satu kaki di atas kaki yang lainnya yang
dimaksud adalah jika dalam keadaan terlihat auratnya atau sebagiannya.”
Adapun jika tidak terbuka auratnya, maka tidak
termasuk dalam larangan ini karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tidur telentang di masjid
dengan meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain dalam keadaan tidak
terlihat auratnya sedikitpun.
8. Larangan tidur bertelungkup
Dari Thikhfah Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu beliau
berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpaiku dalam
keadaan tidur tertelungkup di masjid, maka beliau menggerakkanku dengan kakinya
seraya bersabda: “Mengapa engkau tidur seperti ini? Ini adalah posisi tidur
yang dibenci atau dimurkai Allah.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani)
Diantara hikmah larangan tidur tertelungkup ialah
karena posisi tidur seperti ini adalah posisi tidur penduduk neraka.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewatiku dan aku dalam keadaan tidur
tertelungkup, maka beliau menggerakkanku dengan kakinya seraya bersabda: “Wahai
Junaidib, sesungguhnya ini adalah posisi tidur penduduk neraka.” (HR. Ibnu
Majah)
9. Tidur bertumpu pada anggota badan yang kanan.
Diantara tuntunan yang berkaitan dengan adab tidur
adalah bertumpu pada anggata badan yang kanan, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
« إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ
فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ».
“Jika kamu hendak menuju ke tempat tidur, maka
berwudhu’lah sebagaimana engkau berwudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah
dengan bertumpu pada anggota badan yang kanan.” (HR. Al–Bukhari dan Muslim)
10. meletakkan kedua tangan di bawah pipi
Setelah kita berbaring bertumpu pada anggota badan
yang kanan kita meletakkan kedua tangan kita di bawah pipi.
Sebagaimana penuturan sahabat Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak tidur di
malam hari meletakkan tangannya di bawah pipinya.” (HR. Al–Bukhari) Bersambung…
Continue reading at http://buletin-alilmu.net/2011/04/01/adab-ketika-akan-tidur/ | Buletin Al Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar